Buat Perseroan Terbatas Tangerang
Date
|
22 Juli 2016
|
|
Admin
|
Parent:
|
Buat
Perseroan Terbatas Tangerang
|
Buat Perseroan Terbatas
Tangerang
Tahap pembuatan perseroan terbatas atau Buat Perseroan Terbatas Tangerang
adalah sesuatu hal yang akhir-akhir ini menjadi ngetrend untuk para
entrepreneur atau para pengusaha sekarang dikarenakan jenis badan usaha yang
satu ini atau badan hukum yang satu ini itu memiliki banyak kelebihan adanya
salah satunya yaitu pemisahan harta kekayaan kebijakan antar direktur dan
komisaris
Yang mana jika anda ingin mendirikan Buat Perseroan Terbatas Tangerang , anda akan mendapatkan dokumen
legalitas seperti:
|
||
1.
Akta Notaris/Pendirian Perusahaan
|
||
2.
Surat Keterangan Domisili Perusahaan atau SKDU
|
||
3.
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
|
||
4.
Pengesahan/SK Menkumham
|
||
5.
SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
|
||
6.
TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
|
||
7.
Additional : PKP (Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak)
|
||
Dalam mendirikan sebuah
Perseroan Terbatas atau Buat Perseroan Terbatas Tangerang,
maka yang perlu
diperhatikan adalah anda harus menentukan minimal 2 kata, semisal PT.
Grundfos Pompa, nama perusahaan harus tidak boleh sama dengan nama perusahaan
lain, oleh karena ini nanti pihak kami yang akan melakukan pengecekan
terlebih dahulu, apakah nama tersebut available atau tidak
|
||
Anda sebagai pelaku
usaha, haruslah menentukan bidang usaha, misalnya bidang jasa, konsultan
konstruksi, trader atau perdagangan, ataupun usaha lainnya
|
||
Mempersiapkan siapa saja
yang akan memegang saham ataupun pendiri minimal 2 orang, yang mana kedua
orang ini tidak boleh suami/istri, jika memang ada, maka harus bertiga dengan
menambahkan salah satu sanak family lainnya
|
||
Menentukan pengurus
Perseroan Terbatas, seperti siapa yang akan memegang saham, komisaris dan
direktur dalam perseroan terbatas
|
||
Mempersiapkan Dokumen
seperti foto KTP para pendiri atau pemegang saham perusahaan
|
||
Menentukan modal dasar
perusahaan, seperti kualifikasi usaha, seperti usaha berjenis modal kecil,
untuk modal kecil antara 51 juta sampai dengan 500 juta.
Atau kualifikasi usaha
modal menengah (modal antara 501 juta sampai 1 miliar), sedangkan besar 10
Miliar keatas
|
Yang
mana membuat PT atau perusahaan sangat populer
Selain
kelebihan-kelebihan yang saya Sebutkan diatas yang ini semua sebetulnya bukan
suatu hal yang aneh Mengapa perseroan terbatas ini sangat populer.
1.
Memiliki status
hukum tersendiri, yaitu sebagai suatu badan hukum, yaitu subjek hukum artificial,
yang sengaja diciptakan oleh hukum untuk membantu kegiatan perekonomian, yang
dipersamakan dengan individu manusia, orang perorangan
|
||
2. Memiliki harta kekayaan tersendiri yang dicatatkan
atas namanya sendiri, dan pertanggungjawaban sendiri atas setiap tindakan,
perbuatan, termasuk perjanjian yang dibuat. Ini berarti perseroan dapat
mengikatkan dirinya dalam satu atau lebih perikatan, yang berarti menjadikan
perseroan sebagai subjek hukum mandiri (persona standi in judicio)
yang memiliki kapasitas dan kewenangan untuk dapat menggugat dan digugat di
hadapan pengadilan
|
||
3. Tidak lagi membebankan tanggung jawabnya kepada
pendiri, atau pemegang sahamnya, melainkan hanya untuk dan atas nama dirinya
sendiri, untuk kerugian dan kepentingan dirinya sendiri
|
||
4. Kepemilikannya tidak digantungkan pada
orang-perorangan tertentu, yang merupakan pendiri atau pemegang sahamnya,
setiap saham perseroan dapat dialihkan kepada siapapun juga menurut ketentuan
yang diatur dalam Anggaran Dasar dan undang-undang yang berlaku pada suatu
waktu tertentu
|
||
5. Keberadaannya tidak dibatasi jangka waktunya dan
tidak lagi dihubungkan dengan eksistensi dari pemegang sahamnya
|
||
6. Pertanggungjawaban yang mutlak terbatas, selama dan
sepanjang para pengurus (direksi, dewan komisaris, dan atau pemegang saham)
tidak melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak boleh dilakukan
|
||
Sedikit Sejarah Tentang Kota
Tangerag, yang mana dahulu Kota Tangerang bernama Tanggeran. Menurut tradisi
lisan yang menjadi pengetahuan masyarakat Tangerang, nama daerah Tengerang
dulu dikenal dengan sebutan Tanggeran yang berasal dari bahasa Sunda yaitu
tengger dan perang. Kata "tengger" dalam bahasa Sunda memiliki arti
"tanda" yaitu berupa tugu yang didirikan sebagai tanda batas
wilayah kekuasaan Banten dan VOC, sekitar pertengahan abad 17.
Oleh sebab itu, ada pula yang
menyebut Tangerang berasal dari kata Tanggeran (dengan satu g maupun dobel
g). Daerah yang dimaksud berada di bagian sebelah barat Sungai Cisadane
(Kampung Grendeng atau tepatnya di ujung Jalan Otto Iskandar Dinata
sekarang). Tugu dibangun oleh Pangeran Soegiri, salah satu putra Sultan Ageng
Tirtayasa. Pada tugu tersebut tertulis prasasti dalam huruf Arab gundul
dengan dialek Banten, yang isinya sebagai berikut :
Bismillah peget Ingkang Gusti
Diningsun juput parenah kala
Sabtu
Ping Gasal Sapar Tahun Wau
Rengsena Perang nelek
Nangeran
Bungas wetan Cipamugas kilen
Cidurian
Sakebeh Angraksa Sitingsung
Parahyang-Titi
Terjemahan dalam bahasa
Indonesia :
Dengan nama Allah tetap Maha
Kuasa
Dari kami mengambil
kesempatan pada hari Sabtu
Tanggal 5 Sapar Tahun Wau
Sesudah perang kita
memancangkan Tugu
Untuk mempertahankan batas
Timur Cipamugas
(Cisadane) dan Barat yaitu
Cidurian
Semua menjaga tanah kaum
Parahyang
Sedangkan istilah
"perang" menunjuk pengertian bahwa daerah tersebut dalam perjalanan
sejarah menjadi medan perang antara Kasultanan Banten dengan tentara VOC. Hal
ini makin dibuktikan dengan adanya keberadaan benteng pertahanan Kasultanan
Banten di sebelah barat Cisadane dan benteng pertahanan VOC di sebelah Timur
Cisadane. Keberadaan benteng tersebut juga menjadi dasar bagi sebutan daerah
sekitarnya (Tangerang) sebagai daerah Beteng. Hingga masa pemerintahan
kolonial, Tangerang lebih lazim disebut dengan istilah "Beteng".
Menurut cerita yang
berkembang di masyarakat, sekitar tahun 1652, benteng pertahanan kasultanan
Banten didirikan oleh tiga maulana (Yudhanegara, Wangsakara dan Santika) yang
diangkat oleh penguasa Banten. Mereka mendirikan pusat pemerintahan
kemaulanaan sekaligus menjadi pusat perlawanan terhadap VOC di daerah
Tigaraksa. Sebutan Tigaraksa, diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga
maulana sebagai tiga pimpinan (tiga tiang/pemimpin). Mereka mendapat mandat
dari Sultan Agung Tirtoyoso (1651-1680) melawan VOC yang mencoba menerapkan
monopoli dagang yang merugikan Kesultanan Banten. Namun, dalam pertempuran
melawan VOC, ketiga maulana tersebut berturut-turut gugur satu persatu.
Perubahan sebutan Tangeran
menjadi Tangerang terjadi pada masa daerah Tangeran mulai dikuasai oleh VOC
yaitu sejak ditandatangani perjanjian antara Sultan Haji dan VOC pada tanggal
17 April 1684. Daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Belanda. Kala itu,
tentara Belanda tidak hanya terdiri dari bangsa asli Belanda (bule) tetapi juga
merekrut warga pribumi di antaranya dari Madura dan Makasar yang di antaranya
ditempatkan di sekitar beteng. Tentara kompeni yang berasal dari Makasar
tidak mengenal huruf mati, dan terbiasa menyebut "Tangeran" dengan
"Tangerang". Kesalahan ejaan dan dialek inilah yang diwariskan
hingga kini.
Sebutan "Tangerang"
menjadi resmi pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945. Pemerintah Jepang
melakukan pemindahan pusat pemerintahan Jakarta (Jakarta Ken) ke Tangerang
yang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken
seperti termuat dalam Po No. 34/2604. Terkait pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo
ke Tangerang tersebut, Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang kemudian
menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahir pemerintahan Tangerang yaitu
pada tanggal 27 Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan
Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984
tertanggal 25 Oktober 1984.
Asal Mula Penduduk Tangerang
Latar belakang penduduk yang
mendiami Tangerang dalam sejarahnya dapat diketahui dari berbagai sumber
antara lain sejumlah prasasti, berita-berita Cina, maupun laporan perjalanan
bangsa kulit putih di Nusantara.
"Pada mulanya, penduduk
Tangeran boleh dibilang hanya beretnis dan berbudaya Sunda. Mereka terdiri
atas penduduk asli setempat, serta pendatang dari Banten, Bogor, dan
Priangan. Kemudian sejak 1526, datang penduduk baru dari wilayah pesisir
Kesultanan Demak dan Cirebon yang beretnis dan berbudaya Jawa, seiring dengan
proses Islamisasi dan perluasan wilayah kekuasaan kedua kesultanan itu.
Mereka menempati daerah pesisir Tangeran sebelah barat".
[1] Orang Banten yang menetap
di daerah Tangerang diduga merupakan warga campuran etnis Sunda, Jawa, Cina,
yang merupakan pengikut Fatahillah dari Demak yang menguasai Banten dan
kemudian ke wilayah Sunda Calapa. Etnis Jawa juga makin bertambah sekitar
tahun 1526 tatkala pasukan Mataram menyerbu VOC. Tatkala pasukan Mataram
gagal menghancurkan VOC di Batavia, sebagian dari mereka menetap di wilayah
Tangeran.
Orang Tionghoa yang
bermigrasi ke Asia Tenggara sejak sekitar abad 7 M, diduga juga banyak yang
kemudian menetap di Tangeran seiring berkembangnya Tionghoa-muslim dari
Demak. Di antara mereka kemudian banyak yang beranak-pinak dan melahirkan
warga keturunan. Jumlah mereka juga kian bertambah sekitar tahun 1740. Orang
Tionghoa kala itu diisukan akan melakukan pemberontakan terhadap VOC. Konon
sekitar 10.000 orang Tionghoa kemudian ditumpas dan ribuan lainnya direlokasi
oleh VOC ke daerah sekitar Pandok Jagung, Pondok Kacang, dan sejumlah daerah
lain di Tangeran.. Di kemudian hari, di antara mereka banyak yang menjadi
tuan-tuan tanah yang menguasai tanah-tanah partikelir.
Penduduk berikutnya adalah
orang-orang Betawi yang kini banyak tinggal di perbatasan Tangerang-Jakarta.
Mereka adalah orang-orang yang di masa kolonial tinggal di Batavia dan mulai
berdatangan sekitar tahun 1680. Diduga mereka pindah ke Tangeran karena
bencana banjir yang selalu melanda Batavia.
Menurut sebuah sumber, pada
tahun 1846, daerah Tangeran juga didatangi oleh orang-orang dari Lampung.
Mereka menempati daerah Tangeran Utara dan membentuk pemukiman yang kini
disebut daerah Kampung Melayu (Thahiruddin, 1971)
[2]. Informasi mengenai
seputar migrasi orang Lampung, akan dibahas dalam tulisan ini di bagian bab
berikutnya, Di jaman kemerdekaan dan Orde Baru, penduduk Tangerang makin
beragam etnis. Berkembangnya industri di sana, mengakibatkan banyak pendatang
baik dari Jawa maupun luar Jawa yang akhirnya menjadi warga baru. Menurut
sensus penduduk tahun 1971, penduduk Tangerang berjumlah 1.066.695, kemudian
di tahun 1980 meningkat menjadi 1.815.229 dan hingga tahun 1996 tercatat
mencapai 2.548.200 jiwa. Rata-rata pertumbuhan per-tahunnya mencapai 5,23%
per tahun.
Untuk sekedar memetakan persebaran
etnis-etnis di Tangerang, dapat disebutkan di sini bahwa daerah Tangerang
Utara bagian timur berpenduduk etnis Betawi dan Cina serta berbudaya Melayu
Betawi. Daerah Tangerang Timur bagian selatan berpenduduk dan berbudaya
Betawi. Daerah Tangeran Selatan berpenduduk dan berbudaya Sunda. Sedang
daerah Tangeran Utara sebelah barat berpenduduk dan berbudaya Jawa
[3]. Persebaran penduduk
tersebut di masa kini tidak lagi bisa mudah dibaca mengingat banyaknya
pendatang baru dari berbagai daerah. Maka, apabila ingin mengetahui
persebaran etnis di Tangerang, tentunya dibutuhkan studi yang lebih mendalam.
|
||
Letak Kota Tangerang Secara gafis
Kota Tangerang terletak pada posisi 106 36 - 106 42 Bujur Timur (BT) dan 6 6
- 6 Lintang Selatan (LS).
Sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong dengan DKI
Jakarta, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten
Tangerang.
Secara administratif luas wilayah
Kota Tangerang dibagi dalam 13 kecamatan, yaitu Ciledug (8,769 Km2), Larangan
(9,611 Km2), Karang Tengah (10,474Km2), Cipondoh ((17,91 Km2), Pinang (21,59
Km2), Tangerang (15,785 Km2), Karawaci (13,475 Km2), Jatiuwung (14,406 Km2),
Cibodas (9,611 Km2), Periuk (9,543 Km2), Batuceper (11,583 Km2), Neglasari
(16,077 Km2), dan Benda (5,919 Km2), serta meliputi 104 kelurahan dengan 981
rukun warga (RW) dan 4.900 rukun tetangga (RT).
Letak Kota Tangerang tersebut sangat
strategis karena berada di antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten
Tangerang. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang
Pengembangan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang
merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta.
Posisi Kota Tangerang tersebut
menjadikan pertumbuhannya pesat. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang
menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan di Ibukota Negara DKI Jakarta. Di
sisi lain Kota Tangerang dapat menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah
Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif.
Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang
dipercepat pula dengan keberadaan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang
sebagian arealnya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota Tangerang.
Gerbang perhubungan udara Indonesia tersebut telah membuka peluang bagi
pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara luas di Kota Tangerang.
|
||
Tangerang juga memiliki jumlah
komunitas Tionghoa yang cukup signifikan, banyak dari mereka adalah campuran
Cina Benteng. Mereka didatangkan sebagai buruh oleh kolonial Belanda pada abad
ke 18 dan 19, dan kebanyakan dari mereka tetap berprofesi sebagai buruh dan
petani. Budaya mereka berbeda dengan komunitas Tionghoa lainnya di Tangerang:
ketika hampir tidak satupun dari mereka yang berbicara dengan aksen Mandarin,
mereka adalah pemeluk Taoisme yang kuat dan tetap menjaga tempat-tempat ibadah
dan pusat-pusat komunitas mereka. Secara etnis, mereka tercampur, namun menyebut
diri mereka sebagai Tionghoa. Banyak makam Tionghoa yang berlokasi di
Tangerang, kebanyakan sekarang telah dikembangkan menjadi kawasan sub-urban
seperti Lippo Village.
Kawasan pecinan Tangerang berlokasi di
Pasar Lama, Benteng Makassar, Kapling dan Karawaci (bukan Lippo Village), dan
Poris. Orang-orang dapat menemukan makanan dan barang-barang berkhas China.
Lippo Village adalah lokasi permukiman baru. Kebanyakan penduduknya adalah
pendatang, bukan asli Cina Benteng.